Atasi Krisis Listrik, Wanita Ini Ciptakan Lampu dari Air dan Garam yang Bisa Tahan 10 Tahun
Kekurangan sumber daya listrik telah berlangsung lama di beberapa negara ASEAN.
Jumlah
masyarakat yang tidak bisa menikmati tenaga listrik seperti Indonesia
(63 juta populasi), Myanmar (26 juta), Kamboja (10 juta), Thailand (8
juta), Vietnam (2 juta), Laos (2,2 Juta), dan Malaysia (200.000)
Aisa Mijeno, wanita asal Filipina ini bercita-cita dapat menyediakan lampu kepada banyak keluarga yang membutuhkan.
Ia
memutuskan untuk bergabung dalam proyek sosial berbekal kemampuan
teknisi yang ia miliki, Mijeno berhasil menciptakan lampu yang sangat
menakjubkan.
Dengan
permasalahan kekurangan sumber daya listrik yang dialami masyarakat
Asia, sekarang setiap orang bisa menikmati penerangan tanpa harus
berjalan ratusan kilometer mencari bahan bakar untuk menyalakan lampu
atau mencari kayu di hutan untuk membuat api.
Aisa Mijeno berhasil menciptakan kebutuhan bagi jutaan orang dengan harga yang sangat murah.
Selama 2011, Mijeno tinggal bersama dan memiliki hubungan baik dengan Suku Butbut di Buscalan, Kalinga.
Masyarakat
Suku Butbut tidak memiliki akses listrik, mereka harus menempuh
perjalanan selama 12 jam untuk sampai di Bontoc sejauh 50 Kilometer,
untuk mendapatkan minyak tanah untuk menyalakan lampu di desa.
Dari
pengalaman itu melahirkan ide brilian bagi Mijeno untuk menciptakan
Sustainable Alternative Lighting (SALt) atau Alternatif Pencahayaan
Berkelanjutan.
SALt
merupakan lampu yang bisa menyala tanpa baterai atau sumber listrik,
benda ini bisa menyala hanya dibantu oleh garam dan air.
Intensitas cahaya yang dihasilkan lebih terang dibandingkan 7 batang lilin atau lampu LED watt rendah.
Bahkan benda ini bisa digunakan untuk mengisi baterai ponsel menggunakan kabel USB.
Ketika
masih SMA, ia pernah melakukan eksperimen menggunakan buah lemon yang
dapat menghasilkan listrik. Kemudian mengganti lemon dengan menggunakan
air asin untuk membuat proyek SALt.
Mijeno
telah berhasil menciptakan desain benda yang dapat mengurangi
penggunaan minyak tanah, yang menjadi sumber populasi udara terbesar.
Saat ini karya Mijeno belum bisa diproduksi secara massal karena keterbatasan perencanaan awal perangkat dalam proses produksi.
Lampu SALt dapat bertahan selama 10-11 tahun dan harga untuk sebuah unit SALt sebesar US$ 35.
Hasil
penemuan SALt ini, Mijeno berharap ke depannya dapat membuat perubahan
sehingga banyak orang tidak harus menderita lagi kekurangan sumber
listrik.
0 Response to "Atasi Krisis Listrik, Wanita Ini Ciptakan Lampu dari Air dan Garam yang Bisa Tahan 10 Tahun"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.